Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2 “Berfikir
Deduktif”
Berfikir Deduktif
Berfikir Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode
ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen
dan operasionalisasi. Penalaran Deduktif bisa disebut juga sebagai proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari
hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih
rendah.
Berfikir
deduktif merupakan salah satu dari metode-metode penalaran. Berfikir Deduktif adalah suatu metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti
penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang
khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di
ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam
deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju
pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual.
Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang
umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan
bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Hal ini
adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai
suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui
serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur
yaitu:
1.
Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2.
Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3.
Kesimpulan
Contoh:
Premis
mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib
mengikuti kegiatan OSPEK.
Premis
minor : Adi adalah siswa kelas 7 SMP
Kesimpulan : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK
Contoh
di atas merupakan bentuk penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung
dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan
atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif
yang berlaku bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem.
Dapat
disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung
pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya;
dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap
dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai
dengan realitas yang ada; atau isi argumen deduktif benar menurut realitas
meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Macam-macam
penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
b. Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
CONTOH
PERMASALAHAN / CONTOH KASUS BERFIKIRAN DEDUKTIF
Deduksi
berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang
bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus.
Dalam
deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju
pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual.
Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang
umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan
bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Contoh
:
Semua
mahluk akan mati.
Manusia
adalah mahluk.
Karena
itu semua manusia akan mati.
Contoh
di atas merupakan bentuk penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung
dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan
atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif
yang berlaku bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem.
Dapat
disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung
pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya;
dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap
dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai
dengan realitas yang ada; atau isi argumen deduktif benar menurut realitas
meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Dalam
deduktif uraian mengenai proses berpikir antara lain
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor / Premis Umun)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan)
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik.
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian
makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
Sebagian
pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang
adalah politikus (premis 2).
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka
kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin
tidak jujur (konklusi).
Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua
premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
Kambing
bukan binatang ?
Binatang
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan
itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
Januari
bersinar dilangit?
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa
diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing
adalah binatang.(premis 1)
Domba
adalah binatang.(premis 2)
Beringin
adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo
adalah tumbuhan.(premis4)
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran
deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu
pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada
atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat
hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini
adalah:
Jika
P, maka Q
Contoh
:
Premis
mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis
minor : Hujan tidak turun.
Konklusi
: Sebab itu panen akan gagal.
Premis
mayor : Jika hujan saya naik becak.
Premis
Minor : Sekarang hujan
Konklusi
:Saya naik becak
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek
Sumi berada di Bandung.
Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimem
Silogisme
sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial.
Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua
proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap
dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk
semacam ini dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam
ingatan’ dalam bahasa yunani. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang
dipergunakan, dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme.
Contoh
:
Rumus
entimem : C = B, Karena C = A
Contoh
:
Silogisme :
PU :
Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK :
Ali pegawai yang baik.
S :
Ali tidak mau menerima suap.
Entimem
Ali
tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C
= Ali ;ia
B
= tidak mau menerima suap
A
= pegawai yang baik
C =
B, karena C = A
Contoh
di atas silogisme yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan
menjadi silogisme
Contoh
:
Entimem
:
Badu
harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C
: Badu
B
: harus bekerja keras
A
: orang yang ingin sukses
Silogisme
:
PU
: Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.
PK
: Badu orang yang ingin sukses.
S
: Maka, Badu harus bekerja keras.
Contoh
lain :
Premis
mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas
Cup adalah Seorang pemain kawakan.
Premis
minor : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan
Thomas Cup.
Konklusi
: Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan.
Entimem
: Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih
untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar